Subscribe News Feed Subscribe Comments

Night at The Museum (1&2): Sebuah Inspirasi Untuk Mempromosikan Indonesia




Sebuah konsep yang simpel terkadang tanpa terduga berhasil menjelajahi sudut astral yang tidak terjamah oleh akal pikiran manusia. Pertanyaan sederhana seperti, apa yang terjadi dengan seluruh benda-benda di museum ketika semua lampu dimatikan? Ternyata mampu dijawab dalam film Night at the Museum (NATM) : “mereka bergerak dan hidup!” Itu sebabnya film yang tayang perdana tahun 2006 ini mampu mencetak hits besar.

Film ini berkisah tentang Larry Daley (Ben Stiller) yang bekerja sebagai penjaga malam di sebuah museum. Seperti sudah dikatakan sebelumnya, semua benda di dalam museum menjadi hidup ketika malam tiba sampai fajar terbit. Kisah Larry Daley di kedua filmnya (NATM 1&2) terbilang sangat luar biasa. Dia bisa mengenal berbagai tokoh-tokoh sejarah dari berbagai zaman, mulai dari manusia purbakala, tentara romawi, sampai tokoh-tokoh pemimpin di dunia seperti Fir'aun, Napoleon Bonaparte, Abraham Lincoln, Roosevelt, hingga tokoh-tokoh di zaman modern. Tidak kalah tokoh penjahat kawakan Al Capone pun ikut serta dalam seri film NATM ke-2.

Namun, dalam kesempatan kali ini saya tidak bermaksud untuk me-review kedua seri film tersebut. Ada aspek pembelajaran sejarah yang bisa diambil dari film ini. Jadi, seseorang dapat lebih menghargai apa yang terjadi di masa lampau agar menjadi pembelajaran di masa sekarang. Itulah inti dari MELEK SEJARAH!


Ayoo INDONESIA!!

Tanpa bermaksud untuk memprovokasi para sineas Indonesia untuk melakukan plagiarisme, namun tidak ada salahnya para sineas kita membuat film lain yang sejenis. Tentu saja, dengan format cerita yang berbeda. Terinspirasi dari karya seseorang untuk kemudian dikembangkan bukan berarti sebuah plagiarisme bukan?? Karena kreativitas baru pada dasarnya muncul dari kreativitas terdahulu.

Lalu? Kenapa kita harus bisa membuat film "sejenis" ini? Well, Indonesia sangat kaya dengan tokoh sejarah dan juga momen sejarah. Satu hal lagi, Indonesia sangat kaya dengan ragam budayanya. Bayangkan, apabila sineas kita dapat membuat sebuah film sejenis NATM, berapa banyak tokoh-tokoh yang dapat diangkat dalam ceritanya? Bukan bermaksud sukuisme (namun lebih kepada wawasan saya yang masih terbatas), dari Pulau Jawa saja sangat banyak tokoh-tokoh yang dapat diambil. Dari dunia dongeng misalnya, kita dapat mengambil tokoh Nini Anteh (seorang nenek yang konon dipercaya tinggal di bulan). Belum lagi dari dunia mitos dan legenda, ada Sangkuriang. Dunia pewayangan, sangat kaya sekali akan tokoh, sebut saja Pandawa Lima, Cepot, Petruk, dsb.

Dari tokoh sejarah Indonesia? Tidak usah diragukan lagi, Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol, Bung Karno, Bung Hatta, Pa Harto, dan masih banyak lagi.

Bayangkan!!Seabrek tokoh dapat muncul hanya dari sebuah pulau saja. Apabila suatu saat nanti film seperti ini dapat terealisasi, inilah saatnya para sineas Indonesia untuk mempromosikan Indonesia dan tepatnya kebudayaan Indonesia kepada dunia internasional. Sama halnya dengan sebuah produk, negara juga membutuhkan promosi ke dunia luar, agar mendapat sebuah pengakuan. Dan yang paling penting, agar kekayaan yang kita miliki tidak diklaim lagi oleh Negara Tetangga.

-terus berkarya sineas Indonesia-

2 comments:

Luzman said...

iya bener banget sn. jarang banget film yg berlatar belakang sejarah. kebanyakan ttg ooccong melulu... hhehe
Garuda di Dadaku bgs th kknya.mengangkat semangat patriotisme dan cinta tanah air

icandakocan said...

OK man!!mari buat film tentang Persib... penyumbang devisa terbesar PSSI... tapi selalu dianaktirikan
hahahaahah

Post a Comment

 
icandakocan | TNB