Subscribe News Feed Subscribe Comments

POLITICAL MARKETING



Adakah hubungan antara politik dengan marketing? Jelas ada, politik tidak bisa lepas dari marketing. Strategi dan trik yang terkandung di dalam dunia politik terdapat aspek-aspek yang berkenaan dengan ilmu marketing. Karena itu, setiap lima tahun sekali kita menghadapi siklus peralihan tampuk kepresidenan, misalnya, itu tidak ubahnya dengan pergerakan sebuah merek di pasaran. Hal ini terlepas dari anggapan bahwa para calon pemimpin adalah sebuah produk!
Jadi, sekalipun ada faktor-faktor di luar kendali kita, umpamanya perang, krisis, juga gejolak ekonomi, seorang presiden harus tetap membuktikan kompetensi dan kapabilitasnya dalam mempertahankan citra merek pribadi (personal brand)-nya di mata masyarakat. Terkait dengan citra merek, ada dua kemungkinan:
  1. Seorang presiden bisa menjadi merek yang cukup populer dan disegani, bahkan hingga tak menjabat lagi.
  2. Seorang presiden tersebut menjadi merek yang dilupakan atau mungkin dibenci.
Ketika mengamati siklus kehidupan politik dari seorang presiden, kita bisa mengetahui bagaimana proses presiden itu mengemas mereknya dengan baik. Misalnya, mulai dari masa penciptaan ide-ide baru dalam upaya memecahkan masalah bangsa (dalam hal ini bisa kita sebut sebagai pelanggan) samapai terpilih menjadi presiden. Tidak sampai di situ, pengelolaan citra merek juga amat penting setelah itu di antaranya dengan memenuhi janji dan idenya.
Maka, kompetisi para politikus dalam rangka memperebutkan kursi kepresidenan adalah contoh yang bagus untuk membahas marketing politik.
Bulan Juli nanti akan menjadi panas-panasnya persaingan di antara ketiga pasangan capres dan cawapres Indonesia. Pasangan pertama Megawati - Prabowo (Mega Pro) yang mengusung semangat ekonomi kerakyatannya. Pasangan kedua SBY-Boediono (sempat diberi nama SBY Berbudi) yang mengusung semangat untuk melanjutkan kinerjanya pada periode 2004-2009. Terakhir, pasangan JK-Wiranto (JK Win) yang kental dengan jargon "Lebih Cepat, Lebih Baik".
Ketiga pasangan tersebut akan berlomba-lomba untuk meraih suara dari "konsumen" sehingga dapat menduduki kursi no 1 di tanah air. Tentu saja dengan beragam program yang mereka tawarkan kelak jika terpilih. Semua ini tentang marketing! Seperti sudah dikatakan sebelumnya, tak peduli apakah Kita melihat seorang tokoh politik atau produk konsumen, intinya dalah cara bagaimana memahami pelanggan. Marketing berkaitan dengan persepsi, bukan kenyataan. Sama halnya dengan merek, kandidat yang paling terekspos mempunyai nilai paling menonjol di mata masyarakat. Serta, memiliki kesan yang paling positif dan paling diingat di benak para pemilih. Sehingga, calon tersebut mempunyai peluang besar untuk memenangkan persaingan.
Menurut Robert W. Bly, dalam bukunya Direct Marketing ada beberapa atribut yang perlu diperhatikan untuk memasarkan kandidat politik, diantaranya:
  1. Kinerja Masa Lalu. Apa yang telah dilakukan kandidat bagi para pemilih di masa lalu baik dalam layanan pemerintahan, bisnis, atau kapasitas lain? Satu cara yang bisa digunakan untuk memperlihatkan kinerja masa lalu yang baik adalah dengan mengutip track record khusus.
  2. Janji Masa Mendatang. Kadang janji masa depan ini merupakan platform tindakan-tindakan yang diinginkan. Dalam kampanye-kampanye lain, janji masa mendatang itu terutama bergantung pada apa yang katanya akan dilakukan kandidat tentang suatu isi utama. Namun, hati-hati! Strategi komunikasi yang klasik bisa menjadi bumerang bagi kandidat politiknya. Hal ini, menurut Mindiarto Djugorahardjo (selling therapist) dianggap sudah tidak mempan untuk merebut suara masyarakat.
  3. Kredibilitas. Faktor-faktor yang mengikat kandidat dengan konstituennya juga bisa diberlakukan untuk membangun kredibilitas dan hubungan dengan para pemilih.
  4. Ideologi. "Apakah sistem keyakinan Anda?" Tentu masih hangat dalam pendengaran kita, bahwa pasangan SBY, Boediono selalu dikait-kaitkan dengan ideologi neoliberalisme. Seketika itu pula, popularitas SBY menurun di mata masyarakat. Atribut yang terakhir ini memang terdengar sangat sensitif.
Jadi, siapakah yang akan memenangkan persaingan??
(dari berbagai sumber)


0 comments:

Post a Comment

 
icandakocan | TNB